HUBUNGAN ANTARA HIPERSENSITIVITAS MAKANAN DENGAN KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA 6-60 BULAN YANG MENGALAMI GANGGUAN GASTROINTESTINAL

Abstract

Kesulitan makan merupakan salah satu penyebab masalah pada proses tumbuh kembang anak. Faktor utama penyebab kesulitan makan adalah nafsu makan yang berkurang yang diduga karena gangguan gastrointestinal akibat dari reaksi hipersensitivitas makanan. Penelitian ini menganalis 35 anak usia 6-60 bulan dengan gejala kesulitan makan dan gastrointestinal yang telah diberi intervensi oral food challenge selama 3 minggu pada rentang waktu 2 Juli - 31 Agustus 2021 di klinik dr. Widodo Judarwanto, Sp.A Jakarta Pusat. Setelah dilakukan intervensi selama 3 minggu, terdapat perbaikan gejala kesulitan makan sebanyak 27 anak (77,1%) pada minggu I, 31 anak (88,6%) pada minggu II dan 29 anak (82,9%) pada minggu III. Perbaikan gejala gastrointestinal setelah intervensi dialami 27 anak (77,1%) pada minggu I, 31 anak (88,6%) pada minggu II dan 28 anak (80%) pada minggu III. Setelah intervensi 3 minggu juga didapatkan peningkatan berat badan pada 2 anak (5,7%) meningkat 200-300 gram, 25 anak (71,4%) meningkat 600-900 gram, dan 8 anak (22,9%) meningkat lebih dari 900 gram. Uji Wilcoxon digunakan untuk menganalisis signifikansi statistik. Terdapat hubungan yang bermakna dengan nilai signifikansi 0,000 (sig < 0,05) antara hipersentivitas makanan dengan gejala kesulitan makan, gangguan gastrointestinal, dan kenaikan berat badan setelah dilakukan intervensi. Kesimpulan penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara hipersensitivitas makanan dengan kesulitan makan dan antara hipersensitivitas makanan dengan gangguan gastrointestinal pada anak usia 6-60 bulan.