Abstract:
Curah hujan yang sama dapat menyebabkan cekaman air yang berbeda tergantung jenis tanahnya sehingga respon yang ditunjukkan kelapa sawit dapat berbeda. Penelitian ini penting untuk mempelajari perkembangan terutama dalam memprediksi pengaruh water deficit terhadap produktivitas kelapa sawit pada berbagai jenis tanah. Penelitian dilaksanakan di Perkebunan kelapa sawit Kalimantan Tengah, Indonesia 4 jenis tanah seluas 1,446.15 Ha (40 blok). Sumber data diperoleh dari perkebunan kelapa sawit meliputi jumlah tandan, berat janjang rata-rata (BJR), curah hujan, sifak fisika dan kimia tanah selama 15 tahun terakhir (2007 – 2001). Penelitian eksperimental ini menggunakan metode cluster sampling 2 tahap. Hasil menunjukkan bahwa produktivitas dan jumlah tandan terbaik terdapat pada Ultisols. Empat jenis tanah yang dianalisa menunjukkan dinamika produktivitas yang sama, namun kecepatan respon tiap jenis tanah berbeda. Entisols dan Spodosol lebih cepat mengalami cekaman kekeringan (water deficit) dibandingkan Ultisols dan Histosols karena tekstur tanah yang berbeda. Water deficit menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit 5 – 22% pada tahun pertama (Ultisols 12 -22%, Entisols 12 – 22%, Spodosol 7 – 19%, dan Histosols 5 – 15%) dan 1 – 8% pada tahun kedua (Ultisols 3 - 7%, Entisols 2 - 4%, Spodosol 5 - 8%, dan Histosols 1 - 5%) dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan produktivitas kelapa sawit terjadi pada 3 - 5 bulan (fase gagal tandan), 1 tahun (fase peka aborsi) dan 2 – 2.5 tahun (fase diferensiasi seks) setelah terjadi water deficit