Abstract:
Abstrak
Masa remaja merupakan usia yang rawan dan rentan untuk melakukan perilaku beresiko, Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan otak mereka yang masih menyesuaikan diri untuk melakukan kendali diri atas dorongan-dorongan yang dirasakannya. Remaja menunjukan kecenderungan untuk bersifat agresif di jalanan dibandingkan pengendara lain dari kelompok usia yang berbeda. Aggressive driving merupakan perilaku beresiko yang dilakukan secara sengaja yang melibatkan agresi fisik, verbal atau bahasa tubuh yang melibatkan adanya emosi negative pada remaja yang mana pemicu utamanya adalah stres. Salah satu cara untuk menangani stres adalah manajemen stres. Manajemen yang baik sangat mempengaruhi perilaku seseorang salah satunya terhadap perilaku aggressive driving. Manajemen stres juga dapat membantu seseorang dalam mengurangi seberapa parah respon yang kita tunjukkan atas stresor yang diterima. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat suatu hubungan antara manajemen stres dengan perilaku aggressive driving. Sampel penelitian merupakan siswa laki-laki SMA Negeri 1 Simpang Empat Batulicin dengan jumlah subjek 77 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah Brief Coping Orientation to Problems Experience (Brief COPE) dan Dula Dangerous Driving Index (DDDI). Analisis data menggunakan uji korelasi product moment pearson yang menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kedua variabel. Nilai korelasi yang didapat menunjukkan bahwa kedua variabel berada pada kategori lemah. Sumbangan efektif pada variabel manajemen stres terhadap aggressive driving sebesar 10,7% sedangkan 89,3% disebabkan dari faktor lain yang tidak ada pada penelitian ini.
