dc.description.abstract |
Produktivitas cabai rawit di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2017 – 2020, untuk menjaga kestabilan produktivitas cabai rawit di Kalimantan Selatan perlu adanya upaya pencegahan terjadinya serangan penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit. Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp. yang merupakan penyakit penting pada tanaman cabai rawit karena dapat menyebabkan gagal panen. Petani pada umumnya mengendalikan penyakit antraknosa menggunakan pestisida sintetik, akan tetapi penggunaan pestisida sintetik dapat berdampak buruk terhadap lingkungan serta kualitas hasil panen. Alternatif pengendalian ramah lingkungan yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan bahan organik, khususnya limbah organik yang masih memiliki senyawa aktif dan berpotensi sebagai pestisida nabati. Salah satu limbah organik yang dapat digunakan yaitu kulit jengkol (Pithecellobium jiringa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak kulit jengkol dalam menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp. pada tanaman cabai rawit. Rancangan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 5 perlakuan konsentrasi ekstrak kulit jengkol yaitu T0 (kontrol), T1 (10%), T2 (20%), T3 (30%), dan T4 (40%) dengan 4 kali ulangan. Aplikasi ekstrak kulit jengkol dilakukan sebanyak 3 kali dan inokulasi cendawan colletotrichum sp. dilakukan 1 kali pada saat tanaman sudah berbunga (50 hst). Pengamatan dilakukan setiap 7 hari sekali setelah aplikasi ekstrak kulit jengkol. Hasil pengamatan penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit jengkol efektif menghambat kejadian penyakit antraknosa. Konsentrasi ekstrak kulit jengkol yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit yaitu pada konsentrasi 40?ngan persentase kejadian penyakit terkecil 12,9%. |
|