dc.description.abstract |
ABSTRAK
Hasan Basri, 2022, Tradisi Menukar Bayi dengan Pohon oleh Masyarakat Desa Salino. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing (I) Syahlan Mattiro, (II) Reski P.
Kata Kunci : Tradisi, Menukar Bayi, Pohon.
Masyarakat Desa Salino mempunyai kepercayaan Si Tula yang membawa kemalangan, hal itu diperkuat dengan adanya baik cerita atau pengalaman pribadi terkait kemalangan yang menimpa akibat Si Tula. Untuk mencegah kemalangan tersebut datang Masyarakat Salino melakukan Tradisi menukar bayi yang dianggap terkena Si Tula, dengan sebuah pohon yang berumur panjang. Penelitian ini berujuan: 1) Untuk mengetahui gambaran Tradisi menukar bayi dengan pohon di Desa Salino; 2) Untuk mengetahui makna Tradisi menukar bayi dengan pohon oleh masyarakat di Desa Salino.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik penentuan sumber data dengan purpusive sampling, dan informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan orbservasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini dengan mereduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Pengujian keabsahan data menggunakan teknik perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, dan bahan referensi.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa 1) Tradisi penukaran bayi dengan pohon terdapat tiga tahapan dalam ritual yang harus dilakukan yaitu :a) Pembukaan pelaksanaan, yaitu dengan musyawarah menentukan waktu, tampat serta pihak-pihak yang terlibat, mempersiapkan pohon dan bayi yang ingin ditukarkan, b) pelaksanaan menukar bayi dengan pohon dimulai dengan berkumpulnya perwakilan pihak keluarga dari ayah yaitu nenek dari si bayi mengucapkan Basmallah dan sholawat, kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan akad. Pengucapan akad sebagai bentuk penjanjian dan do’a yang mensugestikan untuk keselamatan bagi bayi dan ayahnya sambil didengarkan dengan seksama oleh para saksi. Setelah itu pohon sebagai alat tukar tidak harus dibawa saat ritual namun, berpindah hak kepemilikannya kepada cucu. c) Penutup ritualnya dilakukan dengan memberitahukan kepada tetangga terdekat bahwa Tradisi sudah dilaksanakan. 2) terdapat dua simbol dalam Tradisi penukaran bayi dengan pohon, pertama simbol pohon yang dimaknai harapan agar bayi berumur panjang, selamat, dan memiliki keluarga yang rukun. Kedua akad dimaknai perjanjian agar bayi dan ayah serta keluarga diberikan keselamatan, berumur panjang, dan keluarga yang rukun.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan pemerintah bersama-sama masyarakat untuk terus mempertahankan dan melestarikan keetnikannya melalui pelaksanaan Tradisi menukar bayi dengan pohon. Kemudian memahami makna yang terkandung untuk diambil pelajaran atau hikmahnya yang bisa diambil dalam kehidupan. |
|