Abstract:
Latar Belakang: Riskesdas (2018) permasalahan gigi di Indonesia sebesar 45,3?rasal dari karies, gigi berlubang, dan nyeri. Prevalensi kecemasan gigi pada anak usia 4-18 tahun adalah 6-20%. Kecemasan gigi membuat anak takut dengan perawatan gigi, yang menunda perawatan gigi, yang meningkatkan keparahan gigi berlubang, kesehatan periodontal yang buruk, dan kehilangan gigi. Kecemasan gigi diyakini dapat diobati dengan menggunakan strategi manajemen perilaku nonfarmakologis (BMT) yang terdiri dari distraksi, pemodelan, penguatan positif, desensitisasi sistematis, dan tell-show-do. Tujuan: Menganalisis penggunaan BMT pada kecemasan gigi anak. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian literature review. Sumber data berasal dari PubMed, Google Scholar, dan Science Direct. Penyaringan literatur berdasarkan inklusi diikuti dengan pemilihan artikel. Literatur yang dipilih diekstraksi, dianalisis, dan disintesis. Hasil: BMT dapat mengatasi kecemasan gigi, beberapa teknik seperti distraksi, pemodelan, penguatan positif, desensitisasi sistematis, dan tell-show-do. Jurnal mengulas metode distraksi yang paling sering digunakan pada usia 7-8 tahun. Metode pemodelan dan penguatan positif paling sering digunakan pada usia 6 tahun. Metode desensitisasi sistematis paling sering digunakan pada usia 7-11 tahun. Tell-show-do paling sering terjadi pada usia 6-7 tahun. Penggunaan BMT paling banyak ditemukan pada usia 7-8 tahun. Metode yang paling efektif adalah distraksi dan desensitisasi sistematis. Kesimpulan: Kecemasan gigi dapat dikelola dengan BMT nonfarmakologis. Semua metode BMT ini terbukti mampu mengendalikan kecemasan gigi anak. Metode yang paling efektif adalah distraksi dan desensitisasi sistematis.