PEMBUK

Abstract

Sejak sistem informasi dan komunikasi elektronik sekarang digunakan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, lingkungan pasar baru telah berkembang. Sistem ekonomi masyarakatnya telah berevolusi dari ekonominya berbasis manufaktur tradisional menjadi ekonominya digital (digital economy) yang berbasis infornasi, kreativitas intelektual, dan ilmu pengetahuannya sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang demikian pesat, terutama di ranah digital. Lahirnya perdagangan elektronik (e-commerce) merupakan salah satu inovasi yang tanpa harus bertemu langsung dengan melakukan pembelian yang berani. Jual beli dapat dilakukan dimana saja yang terhubung dengan internet. Secara alami, ini membantu mengurangi harga barang dan jasa dan meningkatkan efisiensi kehidupan manusia. E-commerce menciptakan lebih banyak ruang bagi barang dan/atau jasa untuk melintasi batas negara, memungkinkan lebih banyak produk dan/atau jasa dari produksi dalam dan luar negeri, yang membantu mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun dengan meningkatnya penggunaan e-commerce, meningkat pula penyalahgunaan melalui internet yaitu penyalahgunaan data pribadi. Meskipun setiap situs web penyedia e-commerce menawarkan jaminan keamanan, masih ada kerentanan yang dapat dimanfaatkan oleh individu yang sembrono. Istilah "kejahatan dunia maya" mengacu pada semua jenis kejahatan yang metode operasinya memanfaatkan sumber daya internet. Di Indonesia harus ada regulasi yang tegas untuk melindungi data pribadi. Di Indonesia, saat ini belum ada UU khusus yang meregulasi mengenai perlindungan data pribadinya. Hanya secara garis besar diatur dalam UU No. Republik Indonesia No. 11/2008 mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Produk Hukurn Turunannya UU No.20/2016 mengenai Topik Pengamanan Data Pribadi yang Tersimpan Dalam Sistem Elektronik. Tujuan dilaksanakannya penelitian skripsi untuk mengetahui bagaimana pembuktian konsumen atas kasus kebocorannya data pribadi pada perusahaan E-commerce dan penyelesaian sengketanya atas kasus kebocoran data pribadi pada perusahaan E-commerce. Jenis penelitian memakai penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum dilakukannya dengan melihat bahan pustakanya atau data sekundernya. Sedangkan penelitian hukum normatifnya adalah penelitian norma yang berlandaskan dari penelitian kepustakaannya yang bersumbernya dari tiga (tiga) bahan hukum, yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. menjelaskan apa yang telah dikatakan dari perspektif yang berbeda. Ketidakjelasan norma hukum merupakan jenis penelitian yang peneliti gunakan untuk membahas dan menganalisis masalah ini.

Hasil penelitian ini di ketahui bahwa:

1. Pembuktian bisa bisa dilihat dari kebijakan tokopedia yang mengatakan data pribadi akan aman dan tidak akan terjadi kebocoran. Namun kenyataan yang ada Tokopedia mengalami peretasan yang membuat data pribadi konsumen bocor, hal ini tentu membuat pemilik data mengalami kerugian karena datanya dapat dipersalahgunakan oleh pihak peretas. Dari kasus ini pemilik akun pribadi juga dapat dijadikan alat bukti saksi karena mereka sendiri yang mengalami masalah atau kasus ini. 2. Konsumen yang dirugikan akibat kebocoran yang dilakukan oleh Tokopedia dapat mengajukan gugatan atau melakukan pengaduan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk menuntut masalah penyelesaian sengketa Tokopedia selaku Penyelenggara Sistem Elektronik hal ini sesuai dengan UU 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Permenkominfo No.20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Dalam Sistem Elektronik. maka masing-masing pemilik data pribadi maupun penyelenggara sistem elektronik bisa mengajukan gugatan perdata terhadap kegagalan dalam perlindungan data pribadi. Gugatan sekadar gugatan perdata dan terajukan berdasar aturan undang-undang.