dc.description.abstract |
Pertanian perkotaan dapat berkembang jika terjadi peningkatan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam hal ketahanan pangan. Potensi pengembangan pertanian di Kota Banjarbaru berhadapan dengan pengembangan kawasan perumahan yang semakin ekstensif di wilayah pinggiran kawasan. Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius bagi ketahanan, kemandirian pangan dan juga keberlanjutan dari suatu kawasan perkotaan. Agar
keinginan mewujudkan lingkungan yang hijau tetap dapat terpenuhi, maka diadopsilah konsep pengembangan pertanian perkotaan, yaitu dengan penerapan teknologi tepat guna (TTG) sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pertanian perkotaan berbasis masyarakat di Kota Banjarbaru, menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pertanian perkotaan berbasis masyarakat di Kota Banjarbaru.
Penelitian dilakukan di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan pada bulan Agustus 2021 sampai dengan Agustus 2022. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan Kota Banjarbaru merupakan daerah pertanian perkotaan di provinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode proportionated random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah metode skoring dan regresi logistik. Tingkat partisipasi warga masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pertanian perkotaan berbasis masyarakat digunakan metode skoring sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pertanian perkotaan berbasis masyarakat digunakan model Logit/ regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pertanian perkotaan berbasis masyarakat di Kota Banjarbaru dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil termasuk dalam kategori tinggi. Dalam tahapan partisipasi, tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi tergolong tinggi sedangkan tahap menikmati hasil tergolong rendah. Variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta akses dan kontrol tidak berhubungan nyata dengan
tingkat partisipasi masyarakat. Faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi adalah variabel gaya kepemimpinan ketua kelompok dan pengaruh aktor penggerak. |
|