dc.description.abstract |
Etil laktat adalah senyawa ester yang biasanya digunakan sebagai bahan pelarut tinta,
untuk aroma rempah-rempah, aroma anggur, aroma kelapa, dan sebagainya.Kebutuhan akan bahan
baku semakin meningkat seiring dengan berkembangnya industri di Indonesia. Pabrik Etil Laktat
dari Etanol dan Asam Laktat dengan kapasitas 25.000 ton/tahun direncanakan untuk didirikan di
Surabaya, Jawa Timur.
Etil laktat dibuat dengan mereaksikan bahan baku utama asam laktat dan etanol dengan
bantuan katalis amberylst-15. Proses reaksi berlangsung dalam Reaktor Batch Tangki
Berpengaduk, pada suhu kondisi operasi 80°C dan tekanan 1 atm selama 200 menit. Produk yang
keluar dari reaktor berupa asam laktat, etanol, etil laktat dan air selanjutnya dialirkan masuk ke
dalam Rotary Drum Vacuum Filther (RDVF) untuk dipisahkan dari katalis. Setelah itu produk
ditambahkan cloroform sebagai pelarut. Produk kemudian dialirkan ke dekanter untuk
memisahkan asam laktat dan air. Produk yang berupa etil laktat , etanol dan chloroform dialirkan
ke dalam menara distilasi untuk memisahkan produk berdasarkan titik didih. Pada menara distilasi,
hasil produk bawah berupa etil laktat dengan kemurnian 97% dialirkan menuju tangki etil laktat
sebagai produk utama yang disebelumnya didinginkan menggunakan cooler.
Pemasaran asam laktat diutamakan untuk konsumsi internasional. Bentuk perusahaan
berupa Perseroan Terbatas (PT) dengan sistem organisasi line dan staff. Sistem kerja karyawan
berdasarkan pembagian menurut jam kerja yang terdiri dari shiff dan non-shiff dengan tenaga kerja
yang dibutuhkan sebanyak 160 orang. Selain itu diperoleh juga nilai Return of Investment (ROI)
sebelum pajak sebesar 30,63?n Return of Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 19,91%.
Pay Out Time (POI) sebelum pajak yaitu 2,77 tahun dan Pay Out Time (POI) sesudah pajak yaitu
3,93 tahun. Sehingga diperoleh Break Even Point (BEP) sebesar 43,52?n Shut Down Point
(SDP) sebesar 30,89%. Berdasarkan pertimbangan hasil evaluasi tersebut, maka pabrik asam laktat
dengan kapasitas 25.000 ton/tahun ini layak untuk dikaji lebih lanjut. |
|