dc.description.abstract |
Bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena saling
berkaitan. Masyarakat Kota Sampit umumnya mampu menggunakan dua bahasa
atau lebih (multilingual). Seiring dengan kebutuhan masyarakat, para penutur di
kota Sampit mau tidak mau harus berkomunikasi dengan pengguna bahasa lain. Hal
itu menyebabkan terjadinya pilihan bahasa dalam aktivitas sehari-hari. Masalah
pilihan bahasa menarik untuk diteliti karena tidak hanya berkaitan dengan masalah
kebahasaan saja, melainkan berhubungan pula dengan aspek sosial budaya suatu
masyarakat. Pilihan bahasa di Kota Sampit perlu untuk dikaji, selain dapat
menyebabkan pergeseran suatu bahasa, pilihan bahasa juga terbukti menjadi
mekanisme untuk membangun identitas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan wujud pilihan bahasa masyarakat multilingual di Kota Sampit
pada ranah keluarga, kekariban, agama, pendidikan, dan lapangan kerja, dan faktor
yang memengaruhi pilihan bahasa masyarakat multilingual di Kota Sampit.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan wujud pilihan bahasa pada masyarakat
multilingual di Kota Sampit dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu
bahasa dipilih di ranah keluarga, kekariban, agama, pendidikan dan lapangan kerja.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga acara yaitu, kuisioner, observasi,
dan wawancara. Selanjutnya, data dianalisis dengan tiga tahap, yaitu (1) reduksi
data, (2) penyajian data, dan (3) menyimpulkan. Penelitian ini dilakukan di Kota
Sampit.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai
bahasa yang hidup berdampingan di tengah masyarakat multilingual di kota Sampit.
Di antaranya adalah bahasa Indonesia, bahasa Dayak, bahasa Banjar, bahasa Jawa,
bahasa madura, bahasa Bima, bahasa Batak, dan Serawai. Selain bahasa Indonesia,
bahasa yang dianggap memiliki prestise tertinggi adalah bahasa Banjar, sehingga
sering dipilih dalam komunikasi. Masyarakat multilingual di kota Sampit mampu
menggunakan bahasa dengan tujuan komunikasi atau poliglosia, dan mampu
membedakan ragam tinggi dan ragam rendah atau diglosia. Pilihan bahasa yang
dilakukan oleh masyarakat multilingual di kota Sampit dipengaruhi oleh faktor
orang (partisipan), topik dan situasi. |
|