Abstract:
Layanan pendidikan segregasi (SLB) untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) haruslah dapat memberikan lingkungan yang memadai dan aksesibel, guna meningkatkan kemandirian serta mendukung segala potensi dan aktivitas siswa. Terlebih pada fase awal pendidikan atau pada tingkat SD yang merupakan fase awal bagi peserta didik dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan kondisi ABK masih memiliki tingkat kemandirian yang rendah.
Di Kabupaten Barito Utara, berdiri Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Muara Teweh yang melayani 4 jenis ketunaan. Ditinjau dari standar sarana dan prasarana (Permendiknas nomor 33 tahun 2008), SLBN 1 Muara Teweh belum memenuhi standar fasilitas untuk sebuah lembaga pendidikan. Lingkungan fisik yang terbangun baik dalam hal bangunan maupun tapak tidak aksesibel bagi ABK. Maka dari itu perancangan ini ditujukan untuk memberi gambaran desain SDLB yang ideal dan aksesibel bagi 4 jenis ketunaan ABK. Adapun konsep yang digagas untuk memecahkan permasalahan perancangan adalah ‘Accessible Design’. Konsep ini akan mengacu pada Prinsip Desain Universal yang diwujudkan dengan menggunakan metode Arsitektur Perilaku. Dengan konsep dan metode ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk permasalahan perancangan