Abstract:
Pemanfaatan Hasil Hutan bukan kayu (HHBK) yang memiliki nilai ekonomi tinggi salah satunya sarang burung walet. Burung walet (Collocalia fuciphaga) merupakan spesies dari burung walet yang banyak di budidayakan di Indonesia. Nilai ekonomis yang dimiliki sarang walet ini adalah alasan utama mengapa usaha sarang walet banyak diminati oleh masyarakat. Usaha sarang burung walet berperan meningkatkan taraf ekonomi, bangunan sarang walet dengan ukuran yang beragam di Desa Batampang dan pengembangan usaha tersebut memiliki potensi yang sangat baik karena didukung oleh kondisi fisik lingkungan Desa Batampang yang terletak di pinggiran sungai sub DAS Barito. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis hubungan ukuran bangunan, pendapatan, dan BEP (break event pont) di Desa Batampang Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yang pertama metode observasi yaitu dengan mengamati langsung objek penelitian sehinggga dapat diperoleh dari gambaran yang nyata dari keadaan sarang burung walet. Kedua, wawancara atau interview langsung dengan pemilik sarang walet di Desa Batampang, Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Slatan, Kalimantan Tengah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu tinggi dan luas bangunan mempengaruhi hasil produksi sarang burung walet. Rata-rata pendapatan bersih petani sarang burung walet di Desa Batampang Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah berukuran kecil, sedang, dan besar secara berurutan sebesar Rp.3.362.236,-/bulan (Rp.40.346.832,-/tahun), Rp.5.428.202,-/bulan (Rp.65.138.424,-/tahun), dan Rp.6.885.752,-/bulan (Rp.82.629.024,/tahun). Bangunan sarang burung walet berukuran sedang memiliki massa waktu panen paling sedikit untuk memperoleh laba atau keuntungan sehingga berada pada BEP (break event point).