Abstract:
Bekantan (Nasalis larvatus) telah mengalami penurunan populasi sebanyak 50-80?lam kurun waktu 36-40 tahun terakhir. Bekantan merupakan salah satu jenis
primata yang selektif terhadap pakannya. Saat sumber pakan hampir habis, bekantan akan
mencari sumber pakan lain yang rendah gizi untuk dimakan. Hal ini akan menimbulkan
beberapa akibat yaitu menurunnya kondisi kesehatan, kelaparan yang dapat menyebabkan
gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan bekantan, kematian, penurunan
populasi, bahkan kepunahan. Perhatian terhadap bekantan di Taman Wisata Alam Pulau
Bakut yang relatif kurang jumlahnya, mendorong dilakukannya penelitian ini. Tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mengoptimalkan daya dukung habitat bekantan
di Taman Wisata Alam Pulau Bakut, dan menganalisis nutrisi sumber pakan bekantan di
Taman Wisata Alam Pulau Bakut. Penelitian ini menggunakan teknik focal animal
sampling untuk pengamatan pola harian bekantan dan analisis geospasial berbasis Leaf
Area Index (LAI) untuk membuat model optimasi daya dukung habitat bekantan,
ssedangkan analisis nutrisi sumber pakan bekantan menggunakan uji proksimat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Taman Wisata Alam Pulau Bakut diprediksi akan
mencapai daya dukung optimum pada tahun 2033, yaitu pada saat populasi bekantan
mencapai 727 ekor berdasarkan model Leaf Area Index, dan parameter ruang
pengembaraan (homerange). Pada tahun 2033 diprediksi akan menjadi tahun terakhir
dimana jumlah bekantan masih mencukupi di Pulau Bakut.Hasil analisis proksimat
menunjukkan sumber pakan bekantan di Taman Wisata Alam Pulau Bakut memiliki
kandungan nutrisi dengan persentase air dan karbohidrat yang tinggi dan sesuai dengan
kebutuhan bekantan. Tanaman yang paling dominan dikonsumsi oleh bekantan adalah
pucuk daun muda dari pohon rambai (Sonneratia caseolaris) karena memiliki kandungan
air, protein dan karbohidrat yang tinggi. Relokasi habitat bekantan diperlukan jika jumlah
populasi bekantan yang berada di Taman Wisata Alam Pulau Bakut sudah penuh
(overload) mengingat status konservasi dan ekologi bekantan (Nasalis larvatus) yang
sangat tergantung pada habitat dan ketersediaan makanannya.