Abstract:
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai cara pengelolaan dan pemanfaatan air yang ada di atau pada tanah untuk keperluan mencukupi pertumbuhan dan tumbuhnya tanam-tanaman terutama bagi tanaman pokok. Salah satu Irigasi yang ada di Kalimantan Selatan adalah Irigasi Tapin. Irigasi ini memiliki luas jaringan 5.472 Ha dengan pemanfaatan sebagai lahan pertanian. Daerah Irigasi (DI) Tapin pada daerah hilirnya di saluran sekunder totohan mengalami kekurangan air sehingga mempengaruhi hasil pertanian. Mengalami penurunan fungsi menyebabkan produksi pertanian hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun. Dalam memaksimalkan potensi dari daerah irigasi Tapin perlu adanya optimalisasi pola tanam dengan tujuan memaksimalkan ketersediaan air terhadap kebutuhan air.
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung atau menggunakan sumber lain. Data sekunder yang digunakan yaitu data stasiun hujan Stasiun Hujan Banjarbaru dari tahun 2008-2014 dan Stasiun Hujan Syamsuddin Noor dari tahun 2015-2022). Dalam perhitungan data curah hujan didapatkan dari pos curah hujan balimau dari tahun 2008-2022. Data curah hujan tersebut akan dianalisis hidrologi untuk mengetahui curah hujan setengah bulanan. Kemudian hasil perhitungan tersebut dianalisa menggunakan perhitungan evapotranspirasi dari Metode Penman-Monteith menghasilkan nilai evapotranspirasi potensial dan hasil perhitungan ketersediaan air akan dihitung dengan menggunakan
metode F.J.Mock.
Hasil analisis didapatkan nilai ketersediaan air ini menunjukkan bahwa ketersediaan
air tertinggi dari empat skenario yang direncanakan terjadi pada bulan Januari I yaitu 0,314 m3
/dtk. 1. Dan besar rata-rata debit andalan (Q80) di D.I Tapin Saluran Sekunder Totohan ruas 9 - ruas
10 adalah 0,17 m3/dtk.
Kata Kunci: Kebutuhan air, ketersediaan air, neraca air, Optimalisasi pola tanam.