dc.description.abstract |
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2018 masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 57,6%. Salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dihadapi di Kalimantan Selatan pada kelompok usia sekolah yaitu maloklusi sebesar 15,6%. Maloklusi merupakan keadaan oklusi di luar keadaan normal. Kondisi tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan ukuran gigi dan rahang. Letak posisi gigi yang tumpang tindih dapat menyebabkan permasalahan salah satunya karies gigi. Posisi gigi yang tidak teratur akan menyulitkan dalam proses membersihkan gigi. Hal tersebut akan memicu perlekatan plak pada permukaan gigi. Plak yang tidak dibersihkan pada bagian permukaan gigi akan menyebabkan terbentuknya karies atau gigi berlubang. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan maloklusi dengan kejadian karies gigi pada siswa MTsN 2 Tanah Laut. Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden adalah siswa yang berusia 12-14 tahun dari MTsN 2 Tanah Laut yang diambil menggunakan metode simple random sampling. Responden berjumlah 86 orang. Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan tingkat keparahan maloklusi pada kategori mudah sebanyak 41 (47,7%) orang siswa dan karies gigi dengan kategori sangat tinggi sebanyak 23 (26,7%) orang siswa. Hasil uji analisis Spearman menunjukkan p = 0,009 < 0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat keparahan maloklusi dengan kejadian karies gigi pada siswa MTsN 2 Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Kata Kunci: Keparahan Maloklusi, Index of Complexity, Outcome and Need
(ICON), Karies Gigi, Indeks DMF-T. |
|