Abstract:
ABSTRAK
Ditulis oleh: Lahfa Nadiyah Rahmana (1910415220011) Dibimbing oleh: Varinia Pura Damaiyanti, S.Sos, M.Si.
Perempuan yang dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan seringkali mengalami diskriminasi dan stigma negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini dapat menimbulkan ketidakamanan atau "insecurity" terhadap tubuh, dan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan mental dan fisik individu. Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana beauty standards dapat mendiskriminasi mahasiswa perempuan di Kota Banjarmasin. Serta untuk memahami, memaknai, dan mengedukasi konsep self acceptance pada perempuan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Kendati konsep kecantikan dapat mempengaruhi citra tubuh dan kepercayaan diri perempuan, tidak semua perempuan setuju akan standar kecantikan tersebut. Terdapat perempuan yang memilih menolak standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis lalu memilih mengekspresikan diri mereka dengan caranya masing-masing. Disamping itu, perempuan memilih mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kepercayaan diri mereka sendiri, seperti dengan mengekspresikan diri melalui sesuatu yang disukai dan menggali value dalam diri. Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk menghargai keragaman tubuh dan kecantikan perempuan guna mengurangi diskriminasi dan meningkatkan rasa aman serta penerimaan terhadap bentuk tubuh perempuan. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwasanya masyarakat asli Banjar meyakini kecantikan perempuan yang utama dilihat dari aura yang dipancarkan, selanjutnya untuk tampilan luar berupa fisik hanya sebagai pendukung. Hal inilah yang disebut sebagai “babustan tujuh” dalam istilah Banjar, yakni suatu nilai yang ada pada diri perempuan yang sukar ditemukan pada perempuan-perempuan pada umumnya.