Abstract:
Berdasarkan uji karakteristik awal air sumur di Desa Salat Makmur, konsentrasi Fe melebihi baku mutu yaitu 2,24 mg/L. Hal ini dikarenakan menurut PerMenKes RI No. 32 Tahun 2017 untuk Higiene Sanitasi, standar baku mutu Fe adalah 1 mg/L. Metode yang dapat digunakan dalam penurunan logam berat Fe menggunakan LBB-AP. Pada aliran ini peran tanaman penting untuk menurunkan konsentrasi logam pada air. Tanaman pada penelitian menggunakan kayu apu dan eceng gondok. Tujuan penelitian ini menentukan waktu serapan Fe terbesar pada tanaman, menentukan tanaman dengan penambahan serapan terbesar, serta menentukan kemampuan dari kayu apu maupun eceng gondok dalam mengakumulasi logam. Hasil penelitian menunjukan penyerapan logam Fe paling besar untuk tanaman kayu apu pada hari ke-15 dengan penyerapan 36.653,21 mg/kg dan tanaman eceng gondok pada hari ke-10 dengan penyerapan 31.520,76 mg/kg. Penambahan serapan konsentrasi Fe ditanaman kayu apu lebih besar dari serapan Fe di eceng gondok. Penambahan serapan Fe di kayu apu sebesar 28.117,20 mg/kg, sedangkan eceng gondok sebesar 24.000,34 mg/kg. Kayu apu dan eceng gondok merupakan akumulator logam Fe baik dengan FBK>1000 yaitu kemampuan akumulasi tinggi. Proses akumulasi logam yang terjadi adalah fitostabilisasi dengan hasil FT<1.
Kata Kunci : Air sumur, LBB-AP, Kayu Apu, Eceng Gondok, FBK, dan FT