Abstract:
Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan satwa endemik Borneo yang populasinya terancam punah. Tingkat keberhasilan reproduksi bekantan di penangkaran masih tergolong rendah, hal tersebut kemungkinan akibat minimnya pengetahuan dan informasi tentang biologi reproduksinya. Profil hormon estrogen dan progesteron dapat dianalisis dengan metode non invasif menggunakan sampel feses. Metode ini lebih unggul daripada menggunakan sampel darah karena dapat meminimalisir tingkat stress pada satwa akibat penanganan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hormon estrogen dan progesteron pada bekantan betina di Pusat Rehabilitasi Sahabat Bekantan Indonesia dengan metode non-invasif menggunakan sampel feses. Penelitian ini menggunakan 35 sampel feses yang dikoleksi dari dua ekor bekantan betina dewasa, yaitu Mimin (M) dan Cikita (C) yang berumur 10 dan 5 tahun. Koleksi sampel dilakukan setiap hari pada pagi hari sebanyak 10-20g. Analisis metabolit estrogen dan progesteron dalam feses dilakukan menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kadar hormon estrogen bekantan betina M dan C tidak memiliki perbedaan secara signifikan, sedangkan untuk kadar hormon progesteron bekantan betina M dan C berbeda signifikan. Profil hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi ciri perilaku seksual. Bekantan M dan C berada dalam fase reproduksi aktif, ditunjukkan dengan ciri perilaku seksual seperti wajah cemberut, mendekati pasangan, dan terjadi perubahan pada alat vital bekantan (sexual swelling) berupa perubahan warna menjadi kemerahan dan terjadi pembengkakan pada sekitar organ reproduksi.
Kata Kunci: bekantan, estrogen, non invasif, progesteron