Abstract:
Terjadinya disrupsi new normal menjadikan adanya perubahan secara mendadak yang mengubah perilaku hingga lanskap kepariwisataan. Perubahan pada kepariwisataan tersebut menjadikan tren berwisata ‘back to nature’ yang bersifat lebih aman dan tidak menimbulkan kerumunan berlebih. Pada dasarnya dalam berwisata perlu mempertimbangkan aspek keberlanjutan. Oleh sebab itu, pemerintah dan lembaga terkait kepariwisataan mendorong program sustainable tourism yang melibatkan tiga aspek utama yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. Wisata alam memiliki potensi dalam dikembangkan menjadi wisata berkelanjutan dengan mengangkat konsep ekowisata. Kalimantan Selatan memiliki wisata dengan kekayaan alam yang melimpah yang dapat dijadikan ekowisata seperti kawasan Pulau Pinus. Pada perancangan Kawasan Ekowisata Pulau Pinus di Kabupaten Banjar ini digunakan pendekatan arsitektur berkelanjutan untuk mendukung konsep perancangan Butterfly Effect dengan menjadikan Pulau Pinus sebagai sustainable tourism melalui pembangunan secara berkelanjutan dengan penerapan materiality dan zero waste untuk menciptakan efisiensi dan nilai keberlanjutan.