Abstract:
Latar Belakang: Daun kelakai (Stenochlaena palustris (Burm) Bedd.) dapat dijadikan bahan baku obat tradisional karena memiliki antioksidan yang mampu mempercepat penyembuhan luka secara per oral. Antioksidan ekstrak daun kelakai berasal dari senyawa flavonoid yang dominan sebesar 503,56 mg QE/g. Pengujian secara in vivo dilakukan melalui uji toksisitas akut konsentrasi 40%, 50%, dan 60% yang dikonversikan ke dalam dosis 2.000 mg/kgBB, 2.500 mg/kgBB, dan 3.000 mg/kgBB untuk mendapatkan dosis yang aman dikonsumsi. Uji toksisitas akut dapat dilihat menggunakan parameter histopatologi pada organ hati berdasarkan degenerasi hidropik dan nekrosis. Tujuan: Membuktikan tidak terdapat efek toksik pemberian ekstrak daun kelakai dosis 2.000 mg/kgBB, 2.500 mg/kgBB, dan 3.000 mg/kgBB terhadap hati tikus Wistar berdasarkan gaambaran histopatologi degenerasi hidropik dan nekrosis. Metode: Penelitian bersifat eksperimental murni dengan rancangan posttest-only with control design. Penelitian terbagi menjadi kelompok kontrol yang diberikan akuades dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun kelakai dosis 2.000 mg/kgBB, 2.500 mg/kgBB, dan 3.000 mg/kgBB sebanyak 2 x 1 ml setiap 24 jam secara per oral selama 14 hari. Hasil: Gambaran histopatologi degenerasi hidropik menunjukkan skor bernilai 1 pada pemberian ekstrak daun kelakai dosis 2.500 mg/kgBB dan 3.000 mg/kgBB. Analisis gambaran histopatologi nekrosis menunjukkan perbedaan bermakna pada pemberian ekstrak daun kelakai dosis 3.000 mg/kgBB. Kesimpulan: Efek toksik tidak ditemukan pada ekstrak daun kelakai dosis 2.000 mg/kgBB, 2.500 mg/kgBB, dan 3.000 mg/kgBB berdasarkan gambaran histopatologi degenerasi hidropik. Efek toksik ditemukan pada ekstrak daun kelakai dosis 3.000 mg/kgBB berdasarkan gambaran histopatologi nekrosis.