Abstract:
Lahan gambut adalah ekosistem yang mudah terbakar pada saat kering. Jumlah luas kebakaran hutan paling tinggi terdapat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Tapin. Salah satu faktor penyebab terjadinya kebakaran lahan gambut di Hutan Lindung Liang Anggang, selain ulah manusia adalah kejadian kekeringan dimana lebih banyak air yang hilang dibandingkan air yang masuk ke suatu lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis neraca air dengan pengaruh indeks kekeringan pada lahan gambut yang bersifat fibrik dan memiliki saluran berdasarkan persamaan pada penelitian Thompson (2014). Data yang digunakan pada penelitian neraca air adalah data curah hujan bulanan dan data temperatur bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2021 yang didapatkan dari Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsuddin Noor Banjarmasin, kemudian intersepsi hutan sebesar 16,4?rdasarkan penelitian dari Vernimmen (2007), perhitungan evapotranspirasi (ET0), dan perubahan penyimpanan zona tak jenuh (??) dengan pendekatan nilai indeks kekeringan KBDI (Keech-Byram Drought Index) modifikasi dengan kondisi sifat fisik tanah gambut fibrik. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan januari tahun 2021 sebesar 898,7 mm/bulan. Nilai evapotranspirasi (ET0) rata-rata maksimum terjadi pada Bulan Februari dengan nilai 100,3 mm/bulan. Berdasarkan hasil perhitungan neraca air di Hutan Lindung Liang Anggang Blok 1 mengalami defisit air dari Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober, dengan puncak defisit air terjadi pada Bulan September yakni sebesar 65,6 mm/bulan dan puncak surplus air pada Bulan Februari sebesar 211,8 mm/bulan.