Abstract:
Untuk membangun jalan raya, Indonesia mempunyai peraturan dan pedoman dalam perencanaan struktur perkerasan jalan yang merupakan hasil modifikasi dan penyesuaian dari negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Di Indonesia sendiri metode lama yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan jalan adalah metode Pt T-01-2002-B yang bersumber dari AASHTO 1993 dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi berbagai faktor di Indonesia. Seiring berkembangnya zaman, Indonesia memiliki pembaruan metode desain perkerasan jalan yang saat ini digunakan yaitu metode Bina Marga 2017 yang merupakan modifikasi peraturan dari AASHTO dan AUSTROAD.
Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil perbandingan perencanaan tebal perkerasan lentur antar metode empiris yaitu Pt T-01-2002-B dan metode Bina Marga 2017 dengan memvariasikan nilai CBR dan beban lalu lintas rencana. Kemudian menghitung tebal ekuivalen perkerasan menggunakan metode Odemark untuk selanjutnya di analisis dalam permodelan Finite Element Analysis (FEA) pada program ANSYS STUDENT 2022 R2 yang bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan yang terjadi pada tanah dasar. Dari hasil tegangan tersebut maka akan diketahui apakah tebal perkerasan yang direncanakan memenuhi tegangan yang diizinkan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa pada tiap variasi nilai CBR secara keseluruhan tebal perkerasan yang dihasilkan menggunakan metode Pt T-01-2002-B lebih tebal dibandingkan metode Bina Marga 2017. Namun sebaliknya pada perencanaan CBR 1.5%, metode Bina Marga 2017 menghasilkan perkerasan yang jauh lebih tebal dibanding metode Pt T-01-2002-B. Besarnya selisih tebal perkerasan antara kedua metode dikarenakan perbedaan paramater desain dan pemilihan bahan perkerasan. Berdasarkan hasil tegangan yang diperoleh pada kedua metode perencanaan menggunakan permodelan FEA dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan perencanaan menggunakan metode Pt T-01-2002-B dinilai lebih konservatif dibanding metode Bina Marga 2017. Namun pada kondisi khusus dimana tanah dengan nilai CBR di bawah 2.5% perencanaan menggunakan metode Bina Marga 2017 dinilai lebih konservatif dibandingkan metode Pt T-01-2002-B.
Kata Kunci: perkerasan lentur, Pt T-01-2002-B, Bina Marga 2017, odemark, finite element analysis, ANSYS, tegangan