Abstract:
Cabai rawit hiyung adalah salah satu cabai rawit lokal yang berasal dari Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Antraknosa merupakan penyakit utama pada tanaman cabai yang sangat merugikan karena penyakit ini menyebabkan busuk pada buah cabai sehingga sangat menurunkan nilai jual hasil panennya. Intensitas penyakit antraknosa semakin meningkat pada cabai hiyung di Desa Hiyung Kalimantan Selatan, hingga rata-rata 45,59%. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman cabai di Desa Hiyung menpergunakan metode rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu kontrol tanpa aplikasi Trichoderma sp dan PGPR, aplikasi Trichoderma sp. aplikasi PGPR dan aplikasi Trichoderma sp + PGPR. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan PGPR dapat menurunkan kejadian penyakit antraknosa hanya 9,18%, sedangkan perlakuan Trichoderma sp 13,959?n perlakuan Trichoderma sp + PGPR 14,47% tidak dapat menurunkan presentasi kejadian penyakit antraknosa terhadap cabai rawit hiyung di lahan rawa. Pada pengamatan jumlah buah setelah aplikasi relatif tidak berpengaruh antar perlakuan kontrol (644 buah), perlakuan Trichoderma sp (552,75 buah), perlakuan PGPR (661 buah) dan perlakuan Trichoderma sp + PGPR (657,5 buah). Pengamatan berat buah sehat dan sakit relatif tidak berpengaruh antar perlakuan kontrol (499,55 gram) sehat (6,18 gram) sakit, perlakuan Trichoderma sp (517,6 gram) sehat (14,58 gram) sakit, perlakuan PGPR (618.57 gram) sehat (16,27 gram) sakit dan perlakuan Trichoderma sp + PGPR (548,74 gram) sehat (12,68 gram) sakit. Pada pengamatan tinggi tanaman juga tidak berpengaruh antara perlakuan kontrol (61,33 cm), perlakuan Trichoderma sp (66,83 cm), perlakuan PGPR (64,03 cm) dan perlakuan Trichoderma sp + PGPR (65,42 cm).