Abstract:
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi konsumsi tablet tambah darah?52 butir/tahun di Provinsi Kalimantan selatan hanya mencapai 6,61%. Berbagai alasan seperti bau tablet yang tidak sedap dan munculnya efek samping menjadi kendala bagi remaja putri dalam mengonsumsi tablet tambah darah. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah melalui pembentukan kader kesehatan sebaya yang berfokus pada pemberian informasi dan edukasi mengenai tablet tambah darahPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai konsumsi tablet tambah darah sebelum dan sesudah pembentukan kader kesehatan sebaya di sekolah yang bertempat pada SMAN 1 Awayan Kabupaten Balangan. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperimen two group pre-posttest. Populasi penelitian berjumlah 82 orang siswi dengan 60 orang siswi sebagai sampel penelitian yang dibagi menjadi 30 orang kelompok intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengetahuan pada kelompok intervensi (0,344) dan kelompok kontrol (0,754) serta tidak terdapat perbedaan sikap pada kelompok intervensi (p=1,000) dan kelompok kontrol (p=0,500). Diharapkan SMAN 1 Awayan dan PIK-R Tunas Berkarya dapat mengoptimalkan pemberian edukasi mengenai tablet tambah darah dengan membntuk suatu program misalnya PIK Goes to Class dan melakukan pembentukan kader kesehatan sebaya secara periodeik untuk mengoptimalkan pemberian edukasi tersebut.
Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, tablet tambah darah, kader kesehatan sebaya