Abstract:
Mega Sartika. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Konsumsi Kopi Bubuk di
Provinsi Kalimantan Selatan. Di bawah bimbingan Sadik Ikhsan dan Muhammad
Fauzi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pola konsumsi kopi bubuk
masyarakat perdesaan dan perkotaan di provinsi Kalimantan Selatan pada tingkat
pendapatan yang berbeda; untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi
konsumsi kopi bubuk penduduk provinsi Kalimantan Selatan; serta untuk
menganalisa elastisitas harga, pendapatan, dan elastisitas silang dari produk kopi
bubuk di Provinsi Kalimantan Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan
Desember 2022 sampai dengan Maret 2023. Data yang digunakan berupa data
sekunder dari hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2021 yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Upaya menganalisis permasalahan penelitian
pertama tentang pola konsumsi kopi bubuk masyarakat Kalimantan Selatan
digunakan analisis deskriptif. Upaya untuk menganalisis permasalahan kedua
tentang faktor yang berpengaruh dalam konsumsi kopi bubuk digunakan analisis
regresi Tobit. Untuk menganalisis permasalahan ketiga tentang elastisitas harga,
pendapatan, dan harga barang lain produk kopi bubuk digunakan alat analisis
elatisitas dari koefisien regresi yang didapatkan pada analisis model Tobit.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pola konsumsi kopi bubuk pada
masyarakat perdesaan dan perkotaan berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap konsumsi kopi bubuk pada masyarakat perkotaan di Provinsi
Kalimantan Selatan adalah konsumsi kopi bubuk (variabel independen) pada
masyarakat perkotaan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu: harga kopi bubuk (X1),
harga teh celup (X8), pendapatan (X10), dan jam kerja (X12). Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi kopi bubuk pada masyarakat perdesaan adalah yaitu harga
kopi bubuk (X1), harga gula (X2), harga gula merah (X3), harga kopi instan (X4),
harga minuman jadi (X5), harga susu cair (X7), harga teh celup (X8), pendapatan
(X9), jenis kelamin (X10), jumlah jam kerja (X11), dan jumlah anggota keluarga
(x12). Hasil analisis elastisitas silang pada masyarakat perkotaan dan perdesaan
menunjukan bahwa teh bersubstitusi dengan kopi bubuk, gula berkomplementer
dengan kopi bubuk, minumn jadi bersubstitusi dengan kopi bubuk, kopi instan
bersubstitusi dengan kopi bubuk, susu cair berkomplementer dengan kopi bubuk,
dan rokok berkomplementer dengan kopi bubuk. Hasil elastisitas pendapatan pada
masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan di Provinsi Kalimantan Selatan
menunjukan bahwa kopi bubuk termasuk barang normal (kebutuhan pokok), yang
artinya jika pendapatan masyarakat meningkat maka konsumsi kopi bubuk juga
meningkat.
Kata Kunci : konsumsi, kopi bubuk, masyarakat perdesaan, masyarakat perkotaan