Abstract:
Kalimantan Selatan terdapat banyak sungai induk yang salah satunya adalah Sungai Tabalong yang digunakan sebagai sumber air baku. Banyaknya kegiatan industri di kabupaten tersebut , menghasilkan sisa hasil kegiatan yang yang akhirnya mencemari daerah aliran sungai. Pencemaran ini berimbas terhadap penurunan kualitas dan ketersediaan air yang didukung dengan data kualitas airnya. Bebereapa parameter berupa kekeruhan, warna, TSS, Fe terlarut, Mn terlarut, dan E. coli yang tidak memenuhi baku mutu standar sebagai air bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 kelas I. Air sungai ini diperlukan pengolahan dengan teknologi koagulasi – flokulasi dengan metode jar test. Teknologi ini memerlukan bahan kimia berupa koagulan yang berperan dalam mengendapkan partikel koloid.
Koagulan yang umum digunakan adalah poli aluminium klorida (PAC) yang sifatnya berlimpah namun menghasilkan sejumlah lumpur dengan konsentrasi tinggi. Kekerungan ini memerlukan sifat koagulan yang mudah terbiodegradasi, biokompatibel, tidak beracun, dan ketersediannya melimpah. Sifat tersebut terdapat pada biokoagulan berupa kitosan. Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini berupa sintetik (PAC) dan bikoagulan (kitosan) yang dilakukan pencarian dosis optimum masing-masing koagulan dalam pengolahan air sungai pada musim penghujan. Langkah selanjutnya setelah ditemukan dosis masing-masing koagulan, dosis tersebut digunakan untuk dilakukan kombinasi antar koagulan dengan berbagai variasi nisbah (100:0, 25:75, 50:50, 75:25, dan 0:100). Variasi ini dilakukan analisis efektifitasnya dari masing-masing parameter yang belum memenuhi baku mutu.
Dosis optimum PAC sebesar 10 ppm dan kitosan sebesar 20 ppm. Efektivitas terbaik yaitu kombinasi PAC-Kitosan berupa nisbah 0:100 yaitu kitosan yang mampu menurunkan kadar hingga memenuhi baku mutunya.