Abstract:
Permasalahan yang sering terjadi pada komoditas cabai di Indonesia setiap tahunnya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kondisi iklim yang berubah, terbatasnya varietas benih cabai berkualitas dan banyaknya serangan organisme pengganggu tanaman yaitu hama dan penyakit. Penyakit utama yang selalu menyerang tanaman cabai yaitu penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici. Pengendalian pestisida nabati adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan salah satunya yaitu pestisida nabati daun bintaro dengan 2 jenis pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pestisida nabati daun bintaro (Cerbera odollam Gaertn.) dengan menggunakan pelarut air dan etanol dalam mengendalikan penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annum Linn.). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yang terdiri dari 8 perlakuan dan 3 ulangan yaitu K = Kontrol (Tanpa pestisida), KC = pestisida kimia (Bahan aktif abamektin), PA = Konsentrasi larutan daun bintaro 10 ml, PB = Konsentrasi larutan daun bintaro 20 ml, PC = Konsentrasi larutan daun bintaro 30 ml, PD = Konsentrasi ekstrak daun bintaro 1 ml, PE = Konsentrasi ekstrak daun bintaro 2 ml dan PF = Konsentrasi ekstrak daun bintaro 3 ml. Perlakuan pestisida nabati daun bintaro pada tanaman cabai mampu menekan persentase serangan penyakit antraknosa. Persentase paling tinggi diperlihatkan pada tanaman cabai yang tidak diberi pestisida nabati daun bintaro (55,87%). Sedangkan persentase paling rendah yaitu pada tanaman cabai yang diaplikasikan pestisida kimia (24,20%) serta pada perlakuan nabati daun bintaro dengan larutan 30 ml (25,97%). Selain itu perlakuan pestisida nabati daun bintaro menghasilkan jumlah buah paling banyak yaitu 49923 buah/ha, serta berat basah buah yang paling berat yaitu 298,92 kg/ha.