Abstract:
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian dari dokumen sanggar dan narasumber dari sanggar. Objek dari penelitian ini adalah bentuk penyajian kesenian Tari Badewa. Subjek penelitian ini adalah tokoh– tokoh dan pegiat seni sangar yang mengetahui kesenian Tari Badewa. Tari Badewa ini adalah tarian pengobatan dari dayak bakumpai merupakan kombinasi dari ragam dari upacara badewa sendiri, secara umum merupakan gambaran dari upacara adat badewa tersebut yang dibuat dalam suatu tarian. Hasil penelitian ini yaitu bentuk penyajian kesenian tari Tari Badewa. Pada tahun 1960 sanggar Sinar pusaka Barito Kuala sudah ada, namun belum terbentuk secara utuh, akhirnya pada tahun 1980 terbentuk grup 3 serangkai, Lok Jahri, H Matani dan Jannah, 3 serangkai merupakan nama awal dari sanggar sinar pusaka barito kuala. Sanggar tersebut sempat vakum pada tahun 1988 dan 1989. Pada tahun 1990 H Matani berusaha membangun kembali sanggar tersebut dan akhirnya terbentuklah sanggar yang bernama Sanggar Seni Sinar Pusaka Barito Kuala. Bentuk penyajian ini terdiri dari elemen – elemen yang mendukung bentuk penyajian, yaitu : gerak yang digunakan dalam kesenian Tari Badewa yaitu sederhana tetapi menarik. Pola lantai yaitu : pola garis lurus, pola garis lengkung, selain itu lingkaran, dan pola lantai abstrak. Iringan suara musik yang berirama mistis. Tata busana pada penari Badewa mengunakan kostum yang didominasi warna kuning, karena warna tersebut adalah warna keramat bagi kepercayaan etnis Dayak Bakumpai. Dalam ragam gerak juga tersrat arti maknawi dari upacara Badewa yang di implementasikan dalam ragam gerak Tari Badewa. Properti yang digunakan dalam tarian badewa yaitu gantung sarindit sebagai media pembawa roh dan daun sawang sebagai media penyembuhan.