Abstract:
Tuberkulosis masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat global yang memerlukan perhatian khusus. Indonesia menjadi negara ke tiga dengan insiden kasus Tuberkulosis paru tertinggi. Angka Tuberkulosis di Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 2020 mencapai angka (45,8%). Kabupaten/kota di Kalimantan Selatan pada Tahun 2020 dengan kasus Tuberkulosis tertinggi berada di Kota Banjarmasin lalu Kabupaten Banjar. Kabupaten Banjar menjadi kabupaten/kota dengan jumlah kematian selama pengobatan Tuberkulosis tertinggi sebesar (19%) pada Tahun 2021. Puskesmas dengan jumlah kasus Tuberkulosis tertinggi se-Kabupaten Banjar terdapat di wilayah kerja Puskesmas Martapura 1 dan Puskesmas Martapura 2. Data Dinkes Kabupaten Banjar, jumlah rumah yang memenuhi syarat hanya (62%), belum mencapai target kinerja indikator kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah (luas ventilasi, kepadatan hunian, intensitas pencahayaan, tingkat kelembaban, suhu, jenis lantai, dan jenis dinding) dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura 1 dan Puskesmas Martapura 2. Menggunakan desain case control, perbandingan 1:2. Kelompok kasus 25 responden dan 50 responden kelompok kontrol. Pengambilan sampel pada kelompok kasus (Consecutive Sampling) dan kelompok kontrol dengan metode matching dengan kelompok kasus. Instrumen menggunakan lembar observasi dan alat ukur (rollmeter, hygrometer dan thermometer). Berdasarkan analisis bivariat, menggambarkan bahwa luas ventilasi (p = 0,010), kepadatan hunian (p = 0,022), intensitas pencahayaan (p = 0,273), tingkat kelembaban (p = 1.000), suhu (p = 0,709), jenis lantai (p = 0,723), dan jenis dinding (p = 0,723). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara luas ventilasi dan kepadatan hunian dengan kejadian Tuberkulosis paru di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura 1 dan Puskesmas Martapura 2.
Kata kunci: Tuberkulosis paru, faktor risiko, lingkungan fisik rumah,