Abstract:
Lost to follow up (LTFU) menjadi bukti permasalahan kepatuhan pengobatan Antiretroviral (ARV) yang terjadi di Indonesia. Adapun jumlah LTFU di Kabupaten Banjar mengalami peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir, yaitu 2 kasus (2019), 4 kasus (2020), dan 15 kasus (2021). Tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan ARV di Kabupaten Banjar dengan mengaplikasikan MSE. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode FGD dan wawancara mendalam. Informan penelitian adalah pengelola program HIV dan ODHIV berdomisili di Kabupaten Banjar. Hasil penelitian menunjukkan faktor pendukung kepatuhan pengobatan ARV antara lain kebijakan pemerintah: kepemilikan asuransi BPJS Kesehatan dan pendampingan dari KPA; komunitas: dukungan dari KDS; institusi: pelayanan fleksibel, kenyamanan pelayanan RS, reminder dari petugas RS; interpersonal: bantuan pendamping sebaya, dukungan dan penerimaan dari keluarga, dukungan dan penerimaan dari kerabat, kerabat yang teredukasi; individu: kesadaran diri sendiri, merasakan manfaat pengobatan, dan pengetahuan ODHIV. Sedangkan faktor penghambat kepatuhan pengobatan ARV antara lain kebijkan pemerintah: prioritas anggaran digunakan untuk Covid-19; komunitas: stigma masyarakat, pendanaan untuk komunitas terhambat; institusi: lama antrean, kurangnya privasi, stigma dari petugas pelayanan, kekurangan akses ARV di fasilitas kesehatan; interpersonal: diskriminasi dari petugas LAPAS; Individu: kesulitan ekonomi, kepemilikan kartu identitas, merasa malu, lost contact, efek samping obat, merasa bosan, dan merasa sehat.