Abstract:
Mayoritas masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Seiring dengan peningkatan populasi penduduk Indonesia, maka meningkat juga permintaan beras pada tingkat 1,5 % per tahun. Dalam budidaya tanaman padi banyak terjadi serangan hama tikus dan menjadi ancaman dalam meningkatkan produksi padi. pada tahun 2011 terdapat sebesar 501,6 ha luas serangan akibat hama tikus. Upaya untuk mengendalikan hama ini secara alami adalah tanaman bintaro (Cerbera manghas L.) yang diolah menjadi pelet, dimana seluruh bagian tanaman bintaro beracun karena mengandung senyawa golongan alkaloid yang bersifat repellent dan antefeedan. Mencit merupakan salah satu hewan percobaan efisien yang sering digunakan dalam penelitian, hal ini dikarenakan mencit mudah dipelihara, tidak memerlukan tempat yang luas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara konsentrasi pelet bintaro dengan bobot mencit terhadap mortalitas mencit putih, dan berapakah konsentrasi terbaik pelet buah bintaro yang bepengaruh terhadap mortalitas mencit putih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi pelet dari bahan buah bintaro (D) yang terdiri dari 5 (lima) taraf, faktor kedua adalah berat bobot mencit (B) terdiri dari 2 (dua) taraf, masing – masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) kali Sehingga diperoleh 50 satuan percobaan.
Hasil pengamatan 14 hari terhadap mortalitas mencit putih menunjukkan interaksi konsentrasi pelet dengan bobot tubuh mencit terbaik dalam menyebabkan mortalitas mencit adalah perlakuan K1B1 yang setara dengan perlakuan K4B1 menunjukkan angka waktu kematian tertinggi keseluruhan yaitu 8,7 hari (199 jam) dan persentase kematian mencit sebesar 100% g dengan pemberian konsentrasi pelet yaitu perlakuan K4 (60 g buah bintaro + 5 g terasi + 10 g lem + 15 g tepung beras). Faktor tunggal konsentrasi pelet pada perlakuan (K0) tidak menunjukkan waktu kematian dan persentase kematian, pada perlakuan konsentrasi pelet positif (K1) menunjukkan 100% kematian dengan rerata waktu kematian 8,7 hari (208,8 jam), perlakuan konsentrasi 30 g buah bintaro (K2) menujukkan 70% kematian dengan rerata waktu kematian akhir 10,8 hari (259,2 jam) pada perlakuan konsentrasi 45 g buah bintaro (K3) menunjukan 100% kematian dengan waktu kematian akhir 10,1 hari (242 jam) dan perlakuan konsentrasi 60 g buah bintaro (K4) menunjukan 100% kematian dengan waktu kematian 9,5 hari (228 jam).