Abstract:
Stroberi merupakan salah satu komoditas buah-buahan subtropis yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman stroberi termasuk tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, daya tariknya terletak pada warna buah yang merah mencolok dan rasanya manis segar. Keadaan iklim dan cuaca yang tidak menentu mengakibatkan pertumbuhan stroberi tidak maksimal sehingga perlu adanya modifikasi lingkungan tumbuh seperti tempat yang sesuai dengan suhu tumbuh dan penambahan pupuk organik cangkang telur dan guano pada tanah untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman stroberi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh interaksi antara pupuk limbah cangkang telur dan guano terhadap pertumbuhan awal tanaman stroberi ( Fragaria sp.) serta menentukan dosis pupuk terbaik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan awal tanaman stroberi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu faktor pemberian dosis pupuk guano (G) dan faktor pemberian tepung cangkang telur (T). Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk guano yang terdiri dari 3 taraf yaitu g1 (300 g/polibag), g2 (400 g/polibag) g3 (500 g/polibag). Faktor kedua adalah tepung cangkang telur yang terdiri dari 3 taraf yaitu t1 (Pemberian tepung cangkang telur 1,49 g/polybag), t2 (Pemberian tepung cangkang telur 2,98 g/polybag), t3 (Pemberian tepung cangkang telur 4,47 g/polybag).dengan 3 taraf pupuk guano dan 3 taraf pupuk cangkang telur dengan 4 ulangan sehingga terdapat 36 unit percobaan. Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun dan lebar daun dengan lama waktu pengamatan selama 12 MST. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil adanya interaksi pada parameter lebar daun yang berpengaruh nyata tapi tidak terjadi interaksi pada tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah daun. Terdapat dosis terbaik pada tinggi dan lebar daun di saat perlakuan G3T3. Hal ini disebabkan pupuk sudah terdekomposisi secara sempurna pada 12 MST. Tekstur yang yang berbentuk seperti butiranbutiran dan padat agak sukar pecah secara fisik sehingga lambat terdekomposisi dan ketersediaanunsur hara tidak dapat diserap tanaman sehingga menyebabkan lamanya pertumbuhan pada tanaman (Widowati, 2004)