Abstract:
Penyakit antraknosa dapat disebabkan oleh cendawan yang terdiri dari dua jenis yaitu Gloeosporium piperatum dan beberapa spesies Colletotrichum sp. seperti C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (AVRDC, 2003). Penggunaaan fungisida kimia untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada cabai rawit masih sering dilakukan petani. Untuk menghindari dampak negatif dari fungisida kimia maka digunakan fungisida nabati yang lebih aman secara ekologis. Ekstrak alang-alang mengandung metabolit sekunder berupa senyawa saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid, dan tanin yang dapat dijadikan fungisida nabati. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak alang-alang dalam menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp. pada cabai rawit dan mengetahui konsentrasi terbaik dari ekstrak alang-alang untuk menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp. pada cabai rawit. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2022 di Laboratorium Produksi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga diperoleh 25 satuan percobaan. Taraf perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: A0(-) = kontrol negatif (aquades), A0(+) = kontrol positif (fungisida merk Tandem 325 SC), A1 = ekstrak alang-alang 10%, A2 = ekstrak alang-alang 20%, dan A3 = ekstrak alang-alang 30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak alang-alang berpengaruh positif dalam menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp. yang diisolasi dari tanaman cabai rawit pada media PDA secara in vitro dilihat dari hasil analisis ragam dan uji DMRT yang menunjukkan bahwa perlakuan A1, A2, dan A3 berbeda nyata dengan perlakuan A0(-). Perlakuan dengan konsentrasi terbaik untuk menghambat pertumbuhan cendawan Colletotrichum sp. yaitu A3 (ekstrak alang-alang 30%).