Abstract:
Keterampilan abad 21 menuntut peserta didik memiliki keterampilan menalar, mengolah informasi, menganalisis atau berpikir kritis dan berpikir kreatif yang dapat digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran kimia. Model Scientific Critical Creative Thinking merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik terhadap implementasi model Scientific Critical Creative Thinking (kelas eskperimen) dan Direct Instruction (kelas kontrol) dalam pembelajaran hidrolisis garam. Metode dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design dan sampel kelas XI MIPA SMAN 10 Banjarmasin. Keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif diukur dengan tes, dan analisis data secara deskriptif kuantitatif dan inferensial dengan program SPPS versi 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen (model SCCrT) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (model DI) dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05. Rerata keterampilan berpikir kreatif pada kelas eksperimen (model SCCrT) juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (model DI) dengan nilai signifikasi 0,002 < 0,05. Dengan demikian, ada perbedaan keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik yang diajarkan dengan model SCCrT dan model Di, dimana model SCCrT lebih baik dibandingkan model DI dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran hidrolisis garam.